Tampilkan postingan dengan label Listrik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Listrik. Tampilkan semua postingan

Rabu, 01 September 2021

Rangkaian Listrik

 Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik dapat diartikan sebagai sebuah jalur atau lintasan yang dialiri elektron dari sumber voltase atau muatan listrik. Sebuah elektron dapat mengalir dari material penghantar arus listrik yang disebut dengan konduktor. Sehingga kabel yang digunakan pada rangkaian listrik untuk mentransfer arus listrik terbuat dari bahan tembaga.

Tempat sebuah elektron masuk ke dalam rangkaian listrik disebut dengan sumber listrik. Sementara setiap benda yang menggunakan listrik untuk pengoperasiannya dinamakan sebagai beban listrik.

Rangkaian dapat dialiri arus listrik jika :

-          - Adanya sumber tegangan untuk membuat arus listrik

-          - Adanya beban listrik yang di supply sumber tegangan

-          - Merupakan rangkaian tertutup

Contoh Gambar

Gambar di atas merupakan contoh sebuah rangkaian listrik sederhana. Pada gambar di atas, lampu merupakan beban listrik sementara baterai merupakan sumber listrik. Listrik mengalir melalui kabel dan Saklar berguna  menyambung maupun memutuskan aliran listrik.

Rangkaian Tertutup : Rangkaian dengan bola lampu yang menyala dan saklar dalam keadaan tertutup.

Rangkaian Terbuka : Rangkaian dengan saklar terbuka dan bola lampu tidak akan menyala

 

Umumnya Rangkaian listrik sendiri dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel. Namun, ada juga kombinasi dari kedua jenis rangkaian listrik tersebut yang biasa dinamakan rangkaian campuran.

Perbedaan mendasar dari  rangkaian listrik yaitu pada cara merangkainya. Pada rangkaian seri dirangkai secara sejajar, rangkaian listrik paralel dirangkai secara bercabang sedangkan pada rangkaian campuran merupakan kombinasi keduanya.

 

Rangkaian Listrik Seri



Rangkaian listrik seri merupakan rangkaian yang terbilang sangat sederhana, karena komponen-komponennya dirangkai secara lurus dan dalam satu jalur dan berurutan. Sehingga tidak ada cabang sama sekali pada jalur.

Misalnya pada sebuah rangkaian yang memiliki dua resistor, namun hanya ada satu jalur kabel yang mengalirkan listrik.

 

Adapun karakteristik dari rangkaian seri antara lain :

-         - Cara menyusun rangkaian yang mudah dan sederhana.

-          - Kabel penghubung pada semua komponen tidak memiliki percabangan sepanjang rangkaian.

-          Arus listrik hanya mengalir pada satu jalur. Artinya bahwa arus listrik yang mengalir pada setiap komponen listrik dalam rangkaian seri  mempunyai nilai  yang sama. Selain itu bila ada satu jalur atau komponen terputus maka rangkaian tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

-          Arus listrik yang mengalir akah dihambat oleh hambatan pertama, setelah melewati hambatan pertama, arus tersebut akan dihambat lagi oleh hambatan kedua, hambatan ketiga dan seterusnya. Sehingga hambatan total pada rangkaian seri merupakan jumlah total dari semua hambatan yang ada pada rangkaian.

-          Energi listrik yang diberikan sumber tegangan untuk membuat arus listrik didisipasi oleh setiap hambatan yang ada. Artinya bahwa jumlah tegangan pada setiap komponen listrik pada rangkaian seri sama dengan tegangan pada sumber tegangan.

-          Hambatan total pada rangkaian seri merupakan total dari setiap hambatan yang ada sehingga rangkaian seri biasanya difungsikan untuk memperbesar hambatan pada rangkaian.

Rumus Rangkaian Seri :

I   =  I1  =  I2  =  I3

V  =  V1   +  V2  + V3

R  =  R1  +  R2   + R3

 

Rangkaian Listrik Paralel



Rangkaian paralel merupakan rangkaian listrik yang komponen-komponennya disusun secara sejajar dimana terdapat lebih dari satu lintasan listrik atau bercabang secara paralel. Misalnya pada sebuah rangkaian yang mempunyai dua resistor dimana terdapat satu kabel untuk setiap resistor.

Rangkaian paralel juga merupakan rangkaian yang paling sering digunakan pada instalasi listrik di rumah-rumah. Meski terbilang sedikit rumit dari rangkaian seri, rangkaian ini memiliki lebih banyak keunggulan.

 

Adapun karakteristik rangkaian paralel antara lain :

-          - Cara membuat rangkaian yang lebih rumit.

-          - Semua komponen terpasang secara bersusun dan kabel penghubung rangkaian memiliki percabangan.

-         - Karena setiap komponen yang terhubung pada dua titik yang sama dalam suatu rangkaian, sehingga tegangan pada tiap hambatan memiliki nilai yang sama.

-         - Jumlah arus listrik pada rangkaian terbagi pada cabang-cabang paralel. Artinya bahwa jumlah arus pada rangkaian sama dengan jumlah total arus yang mengalir dari setiap cabang. Dan nilai arus pada setiap cabang memiliki besar yang berbeda.

-         - Nilai arus yang mengalir pada setiap cabang berbanding terbalik dengan besarnya hambatan pada cabang.

-         - Pada rangkaian paralel, hambatan totalnya lebih kecil dibanding dengan hambatan pada tiap-tiap komponen penyusunnya.

 

Rumus Rangkaian Paralel

Sesuai dengan bunyi Hukum Kirchoff 1 , bahwa  besar arus listrik yang masuk pada rangkaian paralel sama dengan besar arus yang keluar. Sehingga bisa dirumuskan seperti berikut :

I  =  I1  +  I2  + I3

Dan dari bunyi Hukum Ohm, bahwa total hambatan resistor pada rangkaian paralel sama dengan jumlah dari kebalikan hambatan setiap komponen. Sehingga bisa dirumuskan seperti berikut :


Rangkaian Listrik Campuran



Rangkaian listrik campuran merupakan kombinasi dari rangkaian seri dan rangkaian paralel. Biasanya untuk karakteristik maupun hukum yang berlaku pada rangkaian campuran juga mengikuti kedua rangkaian.



Rumus rangkaian campuran



 

Selasa, 31 Agustus 2021

PENGERTIAN ARUS LISTRIK AC DAN DC

 

PENGERTIAN ARUS LISTRIK AC DAN DC

Pengertian arus listrik secara umum adalah energi yang bisa disalurkan melalui media penghantar berupa kabel, dan adanya arus listrik ini dikarenakan muatan listrik yang mengalir dari saluran positif menuju ke saluran negatif



Arus
Listrik dibagi  menjadi 2 jenis,

1.      1. Arus Searah (Direct Current/DC)

2.      2. Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC)

 


Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC)

yaitu listrik yang besar dan arah arusnya yang selalu berubah-ubah atau bolak-balik. Listrik arus AC akan membentuk gelombang yang biasa dinamakan dengan gelombang sinusoida. Dan di Indonesia sendiri, arus AC ini dikelola dan berada di bawah penguasaan PLN.

Indonesia saat ini menerapkan pengelolaan listrik bolak-balik pada frekuensi 50Hz dan Tegangan standar yang saat ini diterapkan di Indonesia untuk arus bolak-balik 1 fasa adalah 220 volt, yang mana tegangan serta frekuensi inilah yang sampai ke rumah anda,

 

Contoh pemanfaatan dari arus listrik AC sebenarnya sangat banyak. Dan untuk mempermudah mengetahuinya anda sebenarnya dapat melihat semua barang-barang elektronik yang ada di rumah anda. Dan sebagai pengaman arus listrik AC di rumah anda, umumnya pihak PLN telah menggunakan pembatas yang juga berfungsi sebagai pengaman yang bernama MCB atau miniature circuit breaker. Meskipun demikian sebenarnya tak semua barang elektronik yang anda lihat tersebut menggunakan arus listrik AC.

 

Arus Searah (Direct Current/DC)

Pengertian arus listrik DC atau Direct current yaitu arus listrik searah. Dahulu aliran arus listrik DC dikatakan mengalir dari positif menuju negatif. Namun berdasar pengamatan-pengamatan yang dilakukan para ahli yang menunjukkan bahwa sebenarnya pada arus searah adalah arus yang alirannya dari negatif menuju ke kutub positif. Aliran-aliran tersebut menyebabkan munculnya lubang-lubang dengan muatan positif yang terlihat menuju dari positif ke negative. Meskipun DC merupakan singkatan dari arus searah, DC juga sering merujuk pada polaritas konstan. Dan berdasarkan definisi tersebut, DC tegangan bisa bervariasi dalam waktu.

 

Beberapa barang elektronik yang menggunakan atau memanfaatkan arus listrik DC antara lain misalnya Lampu LED atau Light Emiting Diode, Laptop, TV, Komputer, Radio, dan tentu masih banyak lagi contoh yang lainnya. Arus listrik DC ini juga sering disimpan di dalam suatu baterai, misalnya saja baterai yang biasa digunakan pada jam dinding, mainan mobil-mobilan, hape dan masih banyak lagi yang lainnya.

Jumat, 13 Agustus 2021

Cara Menghitung Nilai Resistor

Resistor merupakan komponen penting dan sering dijumpai dalam sirkuit Elektronik. Boleh dikatakan hampir setiap sirkuit Elektronik pasti ada Resistor. Tetapi banyak diantara kita yang bekerja di perusahaan perakitan Elektronik maupun yang menggunakan peralatan Elektronik tersebut tidak mengetahui cara membaca kode warna ataupun kode angka yang ada ditubuh Resistor itu sendiri.

 

Berdasarkan bentuknya dan proses pemasangannya pada PCB, Resistor terdiri 2 bentuk yaitu bentuk Komponen Axial/Radial dan Komponen Chip. Untuk bentuk Komponen Axial/Radial, nilai resistor diwakili oleh kode warna sehingga kita harus mengetahui cara membaca dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam warna tersebut sedangkan untuk komponen chip, nilainya diwakili oleh Kode tertentu sehingga lebih mudah dalam membacanya.

Kita juga bisa mengetahui nilai suatu Resistor dengan cara menggunakan alat pengukur Ohm Meter atau MultiMeter. Satuan nilai Resistor adalah Ohm (Ω).

 

CARA MENGHITUNG NILAI RESISTOR BERDASARKAN KODE WARNA

Seperti yang dikatakan sebelumnya, nilai Resistor yang berbentuk Axial adalah diwakili oleh Warna-warna yang terdapat di tubuh (body) Resistor itu sendiri dalam bentuk Gelang. Umumnya terdapat 4 Gelang di tubuh Resistor, tetapi ada juga yang 5 Gelang.

Gelang warna Emas dan Perak biasanya terletak agak jauh dari gelang warna lainnya sebagai tanda gelang terakhir. Gelang Terakhirnya ini juga merupakan nilai toleransi pada nilai Resistor yang bersangkutan.

Tabel dibawah ini adalah warna-warna yang terdapat di Tubuh Resistor :

Atau 



Perhitungan untuk Resistor dengan 4 Gelang warna :

Contoh :




Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2

Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-3 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :

Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 4 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 10 * 105 = 1.000.000 Ohm atau 1 MOhm dengan toleransi 10%.

Perhitungan untuk Resistor dengan 5 Gelang warna :


Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-1 (pertama)
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-2
Masukkan angka langsung dari kode warna Gelang ke-3
Masukkan Jumlah nol dari kode warna Gelang ke-4 atau pangkatkan angka tersebut dengan 10 (10n)
Merupakan Toleransi dari nilai Resistor tersebut

Contoh :


Gelang ke 1 : Coklat = 1
Gelang ke 2 : Hitam = 0
Gelang ke 3 : Hijau = 5
Gelang ke 4 : Hijau = 5 nol dibelakang angka gelang ke-2; atau kalikan 105
Gelang ke 5 : Perak = Toleransi 10%
Maka nilai Resistor tersebut adalah 105 * 105 = 10.500.000 Ohm atau 10,5 MOhm dengan toleransi 10%.


 

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

Merah, Merah, Merah, Emas → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm dengan 5% toleransi
Kuning, Ungu, Orange, Perak → 47 * 10³ = 47.000 Ohm atau 47 Kilo Ohm dengan 10% toleransi

Cara menghitung Toleransi :
2.200 Ohm dengan Toleransi 5% =
2200 – 5% = 2.090
2200 + 5% = 2.310
ini artinya nilai Resistor tersebut akan berkisar antara 2.090 Ohm ~ 2.310 Ohm

Untuk mempermudah menghafalkan warna di Resistor, kami memakai singkatan seperti berikut :

HI CO ME O KU JAU BI UNG A PU
(HItam, COklat, MErah, Orange, KUning. HiJAU, BIru, UNGu, Abu-abu, PUtih)

 

CARA MENGHITUNG NILAI RESISTOR BERDASARKAN KODE ANGKA :

Membaca nilai Resistor yang berbentuk komponen Chip lebih mudah dari Komponen Axial, karena tidak menggunakan kode warna sebagai pengganti nilainya. Kode yang digunakan oleh Resistor yang berbentuk Komponen Chip menggunakan Kode Angka langsung jadi sangat mudah dibaca atau disebut dengan Body Code Resistor (Kode Tubuh Resistor)


Contoh :

Kode Angka yang tertulis di badan Komponen Chip Resistor adalah 4 7 3;

Contoh cara pembacaan dan cara menghitung nilai resistor berdasarkan kode angka adalah sebagai berikut :

Masukkan Angka ke-1 langsung = 4
Masukkan Angka ke-2 langsung = 7
Masukkan Jumlah nol dari Angka ke 3 = 000 (3 nol) atau kalikan dengan 10³
Maka nilainya adalah 47.000 Ohm atau 47 kilo Ohm (47 kOhm)

 

Contoh-contoh perhitungan lainnya :

222 → 22 * 10² = 2.200 Ohm atau 2,2 Kilo Ohm

103 → 10 * 10³ = 10.000 Ohm atau 10 Kilo Ohm

334 → 33 * 104 = 330.000 Ohm atau 330 Kilo Ohm

 

Ada juga yang memakai kode angka seperti dibawah ini :
(Tulisan R menandakan letaknya koma decimal)
4R7 = 4,7 Ohm
0R22 = 0,22 Ohm

Keterangan :

Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
1.000 Ohm = 1 kilo Ohm (1 KΩ )
1.000.000 Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)
1.000 kilo Ohm = 1 Mega Ohm (1 MΩ)

 





Selasa, 12 Januari 2021

Komponen Instalasi Listrik beserta Simbolnya


 

Pengertian Daya Listrik

 


Pengertian Daya Listrik dan Rumus untuk Menghitungnya – Daya Listrik atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Electrical Power adalah jumlah energi yang diserap atau dihasilkan dalam sebuah sirkuit/rangkaian. Sumber Energi seperti Tegangan listrik akan menghasilkan daya listrik sedangkan beban yang terhubung dengannya akan menyerap daya listrik tersebut. Dengan kata lain, Daya listrik adalah tingkat konsumsi energi dalam sebuah sirkuit atau rangkaian listrik. Kita mengambil contoh Lampu Pijar dan Heater (Pemanas), Lampu pijar menyerap daya listrik yang diterimanya dan mengubahnya menjadi cahaya sedangkan Heater mengubah serapan daya listrik tersebut menjadi panas. Semakin tinggi nilai Watt-nya semakin tinggi pula daya listrik yang dikonsumsinya.

Sedangkan berdasarkan konsep usaha, yang dimaksud dengan daya listrik adalah besarnya usaha dalam memindahkan muatan per satuan waktu atau lebih singkatnya adalah Jumlah Energi Listrik yang digunakan tiap detik. Berdasarkan definisi tersebut, perumusan daya listrik adalah seperti dibawah ini :

P = E / t

Dimana :

P = Daya Listrik
E = Energi dengan satuan Joule
t = waktu dengan satuan detik

Dalam rumus perhitungan, Daya Listrik biasanya dilambangkan dengan huruf “P” yang merupakan singkatan dari Power. Sedangkan Satuan Internasional (SI) Daya Listrik adalah Watt yang disingkat dengan W. Watt adalah sama dengan satu joule per detik (Watt = Joule / detik)

Satuan turunan Watt yang sering dijumpai diantaranya adalah seperti dibawah ini :


1 miliWatt  = 0,001 Watt
1 kiloWatt = 1.000 Watt
1 MegaWatt = 1.000.000 Watt

Rumus Daya Listrik

Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Daya Listrik dalam sebuah Rangkaian Listrik adalah sebagai berikut  :

P = V x I

Atau

P = I2R
P = V2/R

Dimana :

P = Daya Listrik dengan satuan Watt (W)
V = Tegangan Listrik dengan Satuan Volt (V)
I = Arus Listrik dengan satuan Ampere (A)
R = Hambatan dengan satuan Ohm (Ω)

Contoh-contoh Kasus Perhitungan Daya Listrik

Contoh Kasus I :

Sebuah Televisi LCD memerlukan Tegangan 220V dan Arus Listrik sebesar 1,2A untuk mengaktifkannya. Berapakah Daya Listrik yang dikonsumsinya ?

Penyelesaiannya

Diketahui :

V = 220V
I = 1,2A
P = ?

Jawaban :

P = V x I
P = 220V x 1,2A
P = 264 Watt
Jadi Televisi LCD tersebut akan mengkonsumsi daya listrik sebesar 264 Watt

 

Minggu, 22 November 2020

ARUS LISTRIK

 Pengertian Arus Listrik


ARUS LISTRIK

Arus listrik adalah sebuah aliran yang terjadi akibat jumlah muatan listrik yang mengalir dari satu titik ke titik lain dalam suatu rangkaian tiap satuan waktu. Arus listrik juga terjadi akibat adanya beda potensial atau tegangan pada media penghantar antara dua titik. Semakin besar nilai tegangan antara kedua titik tersebut, maka akan semakin besar pula nilai arus yang mengalir pada kedua titik tersebut. Satuan arus listrik dalam internasional yaitu A (ampere), yang dimana dalam penulisan rumus arus listrik ditulis dalam simbol I (current).

Pada umumnya, aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran muatan positif. Dengan kata lain, arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan negatif, atau bisa pula diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial menuju potensial rendah. Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yakni :

Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik berpotensial tinggi menuju titik berpotensial rendah.

Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir secara berubah-ubah mengikuti garis waktu.

Hambatan Arus Listrik

Hambatan Hambatan listrik ialah sebuah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponenelektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yangmelewatinya. Hambatan listrik dapat dirumuskan sebagai berikut:

R = V/I 

Keterangan

V adalah tegangan

 I adalah arus.

Satuan SI untuk Hambatan adalah Ohm (R).


Contoh Soal : 

Arus listrik 2 A mengalir melalui sebuah kawat penghantar dengan beda potensial di kedua ujungnya adalah 12 V. Hambatan pada kawat tersebut adalah ….
A.       6 A
B.       8 A
C.       12 A
D.       18 A
 
Pembahasan

R = V/I

   = 12 / 2

   = 6 Ohm

Rumus Kuat Arus Listrik

Kita sudah mengetahui tentang pengertian dari arus listrik, yakni aliran muatan listrik positif pada suatu penghantar dari potensial tinggi ke potensial rendah. Percobaan arus listrik dibawah sebaiknya dilakukan dengan 1 batre dan 2 batre untuk mengetahui perbedaan arus listriknya.



Pada baterai terdapat dua kutub yang potensialnya berbeda. Bila kedua kutub tersebut dihubungkan dengan lampu melalui kabel, maka akan terjadi perpindahan elektron dari kutub negatif ke kutub positif atau terjadi arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif, sehingga lampu dapat menyala.

Selanjutnya, Bila baterai yang dipakai dua buah, maka lampu akan menyala lebih terang. Bila baterai yang dipakai tiga buah, maka lampu menyala makin terang. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan beda potensial kutub positif dan kutub negatifnya makin besar sehingga muatan muatan listrik yang mengalir pada penghantar makin banyak atau arus listriknya makin besar.

Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan banyaknya muatan listrik yang mengalir. Kuat arus listrik adalah suatu kecepatan aliran muatan listrik. Dengan demikian, yang dimaksud dengan kuat arus listrik ialah jumlah muatan listrik yang melalui penampang suatu penghantar setiap satuan waktu. Jika jumlah muatan q melalui penampang penghantar dalam waktu t, maka kuat arus I secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.


Keterangan:

I : kuat arus listrik (A)
q : muatan listrik yang mengalir (C)
t : waktu yang diperlukan (s)

 

Berdasarkan persamaan tersebut, bisa disimpulkan bahwa satu coulomb yaitu muatan listrik yang melalui sebuah titik dalam suatu penghantar dengan arus listrik tetap satu ampere dan mengalir selama satu sekon.

Mengingat muatan elektron sebesar -1,6 × 10-19 C, (tanda negatif (-) menunjukkan jenis muatan negatif), maka banyaknya elektron (n) yang menghasilkan muatan 1 coulomb dapat dihitung sebagai berikut.

1 C = n × besar muatan elektron

1 C = n × 1,6 × 10-19 C,

n=1/1,6

Jadi, dapat dituliskan 1 C = 6,25 × 1018 elektron.


Contoh Soal Arus Listrik

1. Muatan sebesar 180 coulomb mengalir dalam 30 detik. Hitunglah kuat arus listriknya!

Penyelesaian :

Diketahui :

Q = 180 C
t = 30 sekon

Ditanya I = …. ?

Jawab

I = Q/t
= 180 C/30s = 6 C/s
Jadi, besarnya arus listrik adalah 6 A.

2. Jika diketahui kuat arus sebuah sumber arus listrik adalah 5 A, hitunglah muatan yang mengalir selama 1 menit!

Penyelesaian

Diketahui
I = 5 A
t = 1 menit = 60 detik

Ditanya Q = …. ???

Jawab

I = Q/t
Q = Ixt
= 5 A x 60 s
= 300 C
Jadi, banyaknya muatan yang mengalir adalah 300 C.

 


Jumat, 06 November 2020

Multitester

 

multitester adalah sebuah peralatan khusus yang digunakan untuk mengukur komponen listrik. Mulai dari mengukur hubungan Arus litrik (Ampere), Tegangan listrik (Voltage), Hambatan listrik (Ohm), hingga Resistansi dari suatu rangkaian listrik. Berdasarkan fungsi dasarnya tersebut, alat ini sering disebut dengan AVO meter (Ampere, Voltage, Ohm).

Jenis Jenis Multimeter :



Alat ukur rangkaian listrik ini terdiri dari 2 jenis yaitu kategori Analog dan Digital. Berikut penjelasan singkat mengenai jenis-jenis tersebut.

  1. Analog
    Jenis alat ukur yang pertama yaitu analog dengan ciri-ciri berupa tampilan jarum jam yang dilengkapi dengan range-range angka hasil ukur. Dengan kata lain, jenis Analog lebih manual penghitungannya sehingga dibutuhkan ketelitian terutama saat menentukan tegangan atau Voltase yang cukup besar. Selain itu, akurasi hasil perhitungannya juga lebih rendah dibandingkan jenis Digital.
  2. Digital
    Alat ukur jenis Digital lebih sering digunakan karena cara kerjanya jauh lebih mudah dan akurat. Hasil alat ukur dapat dengan mudah dibaca pada layar digital yang tertera. Istilah lain dari multitester jenis ini adalah DVOM ( Digital Volt Ohm Meter) atau DMM (Digital Multi Meter). Pada tipe Digital, selain dapat mengukur Tegangan, Hambatan, serta Arus listrik, alat ukur ini juga mampu melakukan pengukuran pada Hfe transistor yang ada pada tipe-tipe tertentu saja.

Fungsi Multimeter :

Perbedaan pada tipe, jenis, serta merk AVO meter yang digunakan, maka fungsi yang dimiliki pun sedikit berbeda. Namun, beberapa fungsi utama dari alat ukur ini antara lain:

  1. Mengukur Arus Listrik.
    Fungsi utama AVO meter yang pertama adalah mengukur Arus listrik atau Ampere. Terdapat dua jenis Ampere yang ada di sebuah alat ukur yaitu arus AC (Alternating Current) dan arus DC (Direct Current). Demi menghindari kerusakan yang terjadi, maka dihimbau untuk memperhatikan arus listrik yang akan diukur. Jangan sampai diluar jangkauan batas ukur maksimum.
  2. Mengukur Tegangan Listrik.
    Fungsi utama yang kedua adalah mengukur Tegangan atau tingkat Voltase dari komponen listrik. Pada setiap Multitester terdapat saklar selector yang nantinya berfungsi untuk menentukan batas ukur maksimum. Oleh karenanya, prediksi terlebih dahulu level tegangan dari rangkaian listrik yang akan diukur.
  3. Mengukur Hambatan Listrik.
    Fungsi yang ketiga yaitu mengukur tingkat Hambatan atau Resistensi dari suatu komponen listrik atau resistor yang memiliki unsur resistansi. Penting pula untuk memperhatikan batas ukur resistensi saat akan menggunakannya.
  4. Fungsi Hfe.
    Tidak semua alat ukur memiliki fungsi Hfe. Fungsi tersebut digunakan untuk mengetahui nilai dari faktor penguatan transistor. Fungsi Hfe ini biasanya digunakan untuk mengukur penguatan transistor yang terdapat pada tipe NPN dan PNP.
  5. Mengukur Nilai Kapasitansi.
    Fungsi lain yang belum tentu ada pada setiap Multitester adalah mengukur nilai kapasitansi dari suatu kapasitor. Baik pada tipe Analog maupun Digital, keduanya memiliki batas ukur tingkat resistansi yang harus diperhatikan.
  6. Mengukur Frekuensi Sinyal.
    Fungsi yang terakhir adalah untuk mengetahui nilai Frekuensi dari suatu isyarat atau sinyal pada komponen elektronika.

Bagian bagian Multimeter :



Multimeter memiliki beberapa komponen atau bagain-bagian penting yang harus dipahami

  1. Sekrup.
    Sekrup berfungsi untuk mengatur kedudukan jarum jam atau dikenal dengan istilah Zero Adjust Screw. Sekrup ini bisa diputar ke kanan atau kiri mengunakan alat bantu obeng.
  2. Tombol Pengatur Jarum Penunjuk.
    Tombol ini berfungsi untuk mengatur jarum ukur agar berada di posisi nol atau zero.
  3. Saklar Selector.
    Bagian ini berfungsi untuk memilih posisi pengukuran serta batas pengukurannya. Biasanya alat ukur ini memiliki 4 posisi pilihan yaitu pengukuran resistansi, arus DC, tegangan DC, serta tegangan AC.
  4. Lubang Kutub Positif (+) dan Negatif (-).
    Lubang kutub tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya test lead + (warna merah) atau – (warna hitam).
  5. Saklar Selector Polaritas.
    Saklar ini berfungsi untuk memilih polaritas arus DC atau AC.
  6. Jarum Penunjuk.
    Jarum ini digunakan untuk menunjukkan besaran yang diukur.
  7. Skala.
    Bagian yang terakhir yaitu skala yang berfungsi untuk membaca hasil akhir dari komponen listrik yang diukur.

Cara Menggunakan Multimeter :

Langkah-langkah yang harus dilakukan saat menggunakan alat ukur ini adalah sebagai berikut:

  1. Perhatikan terlebih dahulu jarum penunjuk yang memperlihatkan skala pengukuran.
  2. Perhatikan pula pengaturan knob atau saklar yang digunakan untuk mengatur fungsi Ampere, Voltage, ataupun Ohm. Lalu lakukan setting juga pada skala x1, x10 atau yang lainnya. Pastikan knob pada posisi Off saat sudah tidak digunakan lagi.
  3. Tentukan lubang untuk memasukkan kabel jack sesuai dengan fungsi yang diinginkan. Terdapat dua lubang yaitu (+) dan (–) yang nantinya menunjukkan polaritas dari tegangan atau probe.
  4. Cek kembali apakah baterai telah terpasang dengan baik. Pastikan kondisi baterai tersebut masih bagus dan berkualitas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan fungsi Ampere, Voltage, atau Ohm:

  • Saat mengukur arus (Ampere), pastikan saklar pada posisi DCA. Putarlah saklar selector pada posisi atau skala di atas arus yang diukur. Hal ini untuk menghindari kerusakan sekring, Pastikan Power Suplay terhubung ke beban. Silakan baca hasil pengukuran di layar display.
  • Untuk mengukur Tegangan, pastikan saklar berada di posisi AVC. Kemudian pilih skala pengukuran yang tepat. Jika tidak mengetahui nilai tegangan yang akan diukur, sebaiknya memilih skala tertinggi untuk menghindari kerusakan. Terakhir hubungkan Probe ke dalam terminal yang akan diukur. Silakan baca hasilnya di display.
  • Pada saat mengukur Hambatan (Ohm), pastikan saklar di posisi tersebut. Lalu pilih skala yang diukur. Hubungkan Probe ke dalam komponen Resistor dan bacalah hasilnya di display.

Cara Kerja Multimeter:

Multitester ini memiliki cara kerja yang cukup unik. Di dalam alat ini terdapat sebuah kumparan yang terbuat dari bahan tembaga. Kumparan tersebut diletakkan di antara dua kutub yaitu Utara dan Selatan. Pada kumparan tersebut terdapat sebuah jarum ukur atau jarum meter sebagai penunjuk skala. Apabila dua ujung kumparan tersebut dialiri oleh arus lisrik, maka jarum jam akan bergerak menuju skala tertentu.

Multimeter memiliki peran yang sangat penting karena dapat mengecek kondisi suatu rangkaian listrik. Kesalahan yang terjadi dapat diketahui dengan tingkat akurasi yang tinggi. Oleh karena itu, keberadaan alat ini begitu berharga bagi para ahli elektronika. Alat ini sangat ringan dan mudah untuk dibawa kemana-mana.

Sumber : https://www.pengelasan.net/multimeter/

 

Jumat, 09 Oktober 2020

PERHITUNGAN RESISTOR

 

PERHITUNGAN RESISTOR

Rangkaian Seri Resistor

Rangkaian seri resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun secara berurutan/berderet (seri). Dua buah resistor atau lebih apabila dirangkai secara seri maka nilai hambatannya akan bertambah, sesuai dengan rumus berikut;

 

Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn

Dimana :

Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n



 

Sebagai contoh kita mau menghubungkan 4 buah resistor secara seri dengan ukuran sbb;

 

·                     Contoh 1

R1 = 10 ohm, R2 =  10 ohm, R3 =  10 ohm dan R4 = 10 ohm

Maka

Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4

 Þ Rtotal = 10Ω + 10Ω + 10Ω + 10Ω
 Þ Rtotal = 40Ω 

Jadi nilai keseluruhan hambatan dari rangkaian seri tersebut adalah 40 ohm.

 

·                     Contoh 2

R1 = 10 ohm, R2 =  20 ohm, R3 =  15 ohm dan R4 = 5 ohm

 

Maka

Rtotal = R1 + R2 + R3 + R4

 

 Þ Rtotal = 10Ω + 20Ω + 15Ω + 5Ω

 Þ Rtotal = 50Ω 

 

Jadi nilai keseluruhan hambatan dari rangkaian seri tersebut adalah 50 ohm.

 

Rangkaian Paralel Resistor

Rangkaian paralel resistor adalah rangkaian dua buah resistor atau lebih yang disusun secara sejajar seperti anak tangga (paralel). Dua buah resistor atau lebih apabila dirangkai secara seri maka nilai hambatannya akan berkurang, sesuai dengan rumus berikut;

 

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn

Dimana :

Rtotal = Total Nilai Resistor
R1 = Resistor ke-1
R2 = Resistor ke-2
R3 = Resistor ke-3
Rn = Resistor ke-n



 

 

Rp = Rparalel = Rtotal

 

 

Sebagai contoh kita mau menghubungkan 4 buah resistor secara paralel dengan ukuran sbb;

 

·                     Contoh 1

R1 = 10 ohm,  R2 =  10 ohm,  R3 =  10 ohm dan  R4 = 10 ohm

Maka

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + 1/R4

 

 Þ 1/Rtotal = 1/10Ω + 1/10Ω + 1/10Ω + 1/10Ω

 Þ 1/Rtotal = (1+1+1+1)/10Ω

 Þ 1/Rtotal = 4/10Ω

 Þ Rtotal/1 = 10/4Ω

 Þ Rtotal =  10/4Ω

 Þ Rtotal =  2,5Ω

 

Jadi nilai keseluruhan hambatan dari rangkaian paralel tersebut adalah 2,5 ohm.

 

 

·                     Contoh 2

R1 = 10 ohm,  R2 =  20 ohm,  R3 =  15 ohm dan  R4 = 5 ohm

 

Maka

1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + 1/R4

 

 Þ 1/Rtotal = 1/10Ω + 1/20Ω + 1/15Ω + 1/5Ω

 Þ 1/Rtotal = 6/60Ω + 3/60Ω + 4/60Ω + 12/60Ω  (penyebutnya disamakan)

 Þ 1/Rtotal = (6+3+4+12)/60Ω

 Þ 1/Rtotal = 25/60Ω

 Þ Rtotal/1 = 60/25Ω = 2,4Ω

 Þ Rtotal = 2,4Ω

 

Jadi nilai keseluruhan hambatan dari rangkaian paralel tersebut adalah 2,4 ohm.

 

 

Rangkaian Seri - Paralel Resistor (Campuran)

 

Rangkaian seri - paralel resistor adalah gabungan antara rangkaian seri resistor dan rangkaian paralel resistor, dan untuk menghitung nilai hambatan totalnya adalah dengan cara menggabungkan dua rumus diatas yaitu, rumus rangkaian seri resistor dan rumus rangkaian paralel resistor.

 


 


Untuk menghitung berapa nilai hambatan total (Rtotal) dari rangkaian campuran seperti gambar diatas, langkah pertama adalah menghitung nilai hambatan pada rangkaian paralelnya terlebih dahulu (R1 dan R2), baru kemudian menghitung rangkaian serinya (Rp dan R3).

 

Untuk mempermudah penulisan rangkaian biasanya dibuat notasi simbol/lambang. Sebagai lambang rangkaian seri biasanya ditandai dengan simbol plus (+), misal R1 diseri dengan R2 maka dapat ditulis RR2. Sedangkan lambang rangkaian paralel biasanya ditandai dengan simbol dua garis miring (//), misal R1 diparalel dengan R2 maka dapat ditulis R// R2.

 

·                     Contoh 1

Berapakah nilai R total dari sebuah rangkaian campuran (R// R2) + R?

Diketahui R1 = 10 ohm,  R2 = 10 ohm dan  R3 = 20 ohm


 

 

Rtotal =(R// R2) + R3

 

 Þ Rtotal = Rparalel + R3

 

 

Pertama kita hitung R paralelnya (R// R2);

 

1/Rparalel = 1/R1 + 1/R2

 

 Þ 1/Rparalel = 1/10Ω + 1/10Ω

 Þ 1/Rparalel = 2/10Ω

 Þ Rparalel/1 = 10/2Ω

 Þ Rparalel/1 = 5Ω

 Þ Rparalel = 5Ω

 

Kemudian kita hitung R serinya (Rparalel + R3);

 

Rtotal = Rparalel + R3

 

 Þ Rtotal = 5Ω = 20Ω

 Þ Rtotal = 25Ω

 

Jadi nilai hambatan total dari rangkaian campuran diatas adalah 25 ohm.

·                     Contoh 2

Berapakah nilai R total dari sebuah rangkaian campuran ((R1+R2)//R3) + R?

Diketahui R1 = 10 ohm,  R2 = 10 ohm,  R3 = 30 ohm dan  R4 = 50 ohm

 

Rtotal = ((R1+R2)//R3) + R4

 

 Þ Rtotal = (Rseri//R3) + R4

 Þ Rtotal = (Rparalel) + R4

 

Pertama kita hitung R serinya (R1+R2);

 

Rseri = R1 + R2

 

 Þ Rseri = 10Ω + 10Ω

 Þ Rseri = 20Ω

 

Kemudian kita hitung R paralelnya (Rseri//R3);

 

1/Rparalel = 1/Rseri + 1/R3

 

 Þ 1/Rparalel = 1/20Ω + 1/30Ω

 Þ 1/Rparalel = 3/60Ω + 2/30Ω (disamakan penyebutnya)

 Þ 1/Rparalel = (3+2)/60Ω = 5/60Ω = 1/12Ω

 Þ 1/Rparalel = 1/12Ω

 Þ Rparalel/1 = 12/1Ω

 Þ Rparalel = 12Ω

 

 

Terakhir barulah kita hitung R totalnya (Rparalel + R4);

 

 

 

Rtotal = Rparalel + R4

 

 

 

 Þ Rtotal = 12Ω + 50Ω

 Þ Rtotal = 62Ω

 

Jadi nilai hambatan total dari rangkaian campuran diatas adalah 62 ohm.